Senin, 15 April 2013

Tugas 2 Kesehatan Mental



Nama : Ranti Yuliana
Kelas : 2PA06
NPM : 15511884
Universitas Gunadarma
Fakultas Psikologi

Tokoh Psikologi Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik

  • Tokoh Psikoanalisis : Carl Gustav Jung
Dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan berbagai macam orang di kehidupan sehari-hari sering sekali kita menilai sifat dan sikap orang-orang tersebut dan kita melakukan pengamatan terhadap kepribadian orang tersebut. Dimana biasanya penilaian dan pengamatan tersebut hanyalah berdasarkan pada sebagian dari tingkah laku dan hasil analisa yang sangat dangkal. Namun, apakah kepribadian itu sendiri?
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin (2000) :
“Personality represent those characteristic of the person that account for consistent pattern of feeling, thinking and behaving.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa berfikir dan bertingkah laku. Sedangkan Menurut Allport (dalam Chaplin, 2001), kepribadian adalah organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari system-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, membahas kepribadian manusia melalui berbagai macam pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan Psikodinamik. Dalam pendekatan ini, Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh manusia itu, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan kepribadiannya.
Struktur Psyche Menurut Jung
Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
1. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
2. Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
3. Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi terentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri.
Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah :
a. Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
b. Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
c. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
d. Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a. Introversion-Thinking
Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.
b. Extraversion-Thinking
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.

c. Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
d. Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e. Introversion-Sensation
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
f. Extraversion-Sensation
Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
g. Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
h. Extraversion-Intuiting
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.

Tahap Perkembangan Kepribadian Jung
Tahap perkembangan kepribadian Jung terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age dan old age. Pada tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan social dan ekonomi. Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan kepribadian ketiga yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting dari puncak dari individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap materi menjadi kepedulian spiritual.
Jess Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.) yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar

  • Teori Behavioristik : Albert Bandura
Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember 1925. Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Tahun 1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980.
Teori-teori Albert Bandura banyak di aplikasikan dalam bidang pendidikan terutama pada pembelajaran sosial (social learning theory). Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri (Moore, 2002). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan tingkah laku memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001). Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan pelajar tentang pemahaman; sementara faktor sosial, termasuk perhatian pelajar tentang tingkah laku dan imitasi ibu bapaknya, akan mempengaruhi tingkah laku pelajar tersebut.
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang aktif, berupaya membuat pilihan dan menggunakan proses-proses perkembangan untuk menyimpulkan peristiwa serta berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan sejarah perkembangan seseorang atau bertindak pasif terhadap pengaruh lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah selektif dan bukan entiti yang pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka.
Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S., 1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning):
1.    Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.
2.    Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Prosedur-prosedur Social learning:


Conditioning
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
Imitation
Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak. 

  • Tokoh Humanistik : Alfred Adler
Teori Psikologi Individual
Menurut Adler, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Mereka menghubug-hubungkan dirinya dengan orang lain, ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial di atas kepentingan diri sendiri, dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Adler tidak berkata bahwa manusia disosialisasikan hanya dengan melibatkan diri pada proses-proses sosial; dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus hubungan dengan orang dan pranata-pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat tempat orang itu dilahirkan. Maka dalam satu segi, pandangan Adler sama-sama bersifat biologis seperti Freud dan Jung. Ketiga-tiganya berpendapat bahwa seseorang mempunyai kodrat inheren yang membentuk kepribadiannya. Freud menekankan seks, Jung menekankan pola-pola pemikiran primordial, serta Adler menekankan minat sosial. Penekanan pada faktor-faktor sosial tingkah laku yang telah diabaikan atau diminimasikan  oleh Freud maupun Jung mungkin merupakan sumbangan paling besar Adler bagi teori psikologi. Ia mengalihkan perhatian para psikolog pada pentingnya variable-variabel sosial dan membantu mengembangkan bidang psikologi sosial pada saat psikologi sosial membutuhkan dorongan dan dukungan, terutama dari kalangan psikoanalisis
1.         Pengantar Teori Adlerian
            Namanya kurang dienal dibandingkan dengan Freud atau Carl Jung. Paling tidak, ada tiga hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, Adler tidak mendirikan organisasi yang dijalankan dengan kuat untuk mengabadikan teorinya. Kedua, ia bukan penulis yang berbakat dan sebagian besar bukunya dikumpulkan oleh beberapa editor menggunakan bahan pengajaran Adler yang tersebar disana-sini. Ketiga, banyak dari pandangannya yang tergabung dalam karya teoritikus selanjutnya, seperti Maslow, Rogers< dan Ellis sehingga pandangan tersebut tidak lagi diasosiakan dengan nama Adler.
            Menurut Adler, manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan pada orang lain. Oleh arena itu, perasaan menyatu dengan orang lain (minat sosial) sudah menjadi sifat manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan psikologis. Lebih spesifik, prinsip utama dalam teori Adler bisa diuraikan dalam bentu kerangka (outline).
Berikut ini adalah adaptasi dari daftar yang menggambarkan pernyataan ahir dari psikologi inividual :
  1. Kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority).
  2. Persepsi subjetif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya.
  3. Kepribadian itu menyatu (unified) dan konsistensi diri (self-consistent).
  4. Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest).
  5. Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang.
  6. Gaya hidup dibentu oleh daya kreatuf (creative power) manusia.
2.         Berjuang untuk Meraih Keberhasilan atau Superioritas
            Prinsip pertama dari teori Adlerian adalah kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas.
            Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu tunggal berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Psikologi individual mengajarkan bahwa setiap orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior, perasaan memotivasi seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau keberhasilan. Individu yang tidak sehat secara psikologis akan berjuang untuk superioritas pribadi, sedangkan individu yang sehat secara psikologis mencari keberhasilan untuk semua umat manusia.
            Pada awal kariernya, Adler percaya bahwa agresi adalah kekuatan dinamis dibalik semua motivasi, tetapi dengan cepat ia merasa tidak puas dengan istilah ini. Setelah menolak agresi sebagai kekuatan motivasi tunggak, Adler menggunaan istilah masculine protest, yang menyatakan keinginan untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Akan tetapi, ia segera meninggalkan masculine protest sebagai dorongan universal sambil tetap memberikan porsi terbatas untuk istilah ini dalam teori perkembangan abnormalnya.
a.         Tujuan Akhir
            Manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi keberhasilan untuk semua umat manusia. Pada masing-masing kasus, tujuan akhir tersebut sifatnya khayal atau fiksional dan tidak ada bentu objektifnya. Namun demikian, tujuan akhir mempunyai makna besar karena mempersatukan kepribadian dan membuat semua perilaku dapat dipahami.
            Setiap orang mempunyai kekuatan untuk menciptakan sebuah tujuan fiksional sesuai pribadinya, tujuan yang dibuat dari bahan-bahan mentah yang disediakan oleh factor keturunan dan lingkungan. Akan tetapi,  lebih sebagai produk dari daya kreatig (creative power), yaitu kemampuan manusia untuk secara bebas membentuk perilakunya dan menciptakan kepribadian mereka sendiri.
            Jika anak-anak merasa terabaikan atau dimanjakan, maa tujuan mereka sebagian besar berada di ketidaksadaran. Adler membuat hipotesis bahwa anak-anak akan mengimbangi perasaan inferior mereka dengan cara yang berliku-liku yang tidak mempunyai hubungan jelas dengan tujuan fiksional mereka.
b.         Daya Juang sebagai Kompensasi
            Daya juang itu sendiri itu merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang ini ditentukan ini ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan untuk meraih keunggulan. Tanpa daya bawaan untuk menuju kesempurnaan, anak-anak tidak akan pernah merasa inferior. Akan tetapi, tanpa perasaan, mereka tidak akan pernah menetapkan tujuan untuk meraih superioritas atau keberhasilan. Kemudian, tujuan ditetapkan sebagai kompensasi perasaan inferior, namun perasaan itu tidak akan muncul kecuali seorang anak memiliki kecenderungan dasar untuk menjadi utuh.
            Walaupun berjuang untuk meraih keberhasilan adalah bawaan, hal ini tetap harus dikembangkan. Ketika lahir, setiap orang berpotensi memiliki daya juang tetapi belum benar-benar memilikinya. Setiap orang harus mengembangkan potensi ini dengan caranya sendiri. Tujuan tersebut memberikan panduan untuk memotivasi, membentuk perkembangan psikologis, dan memberikannya sasaran.
            Keberhasilan adalah konsep yang dibuat secara individu dan setiap orang memiliki definisinya masing-masing mengenai keberhasilan. Walaupun daya kreatif dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan, pada akhirnya kedua hal ini dianggap bertanggung jawab dalam pembentukan kepribadian seseorang untuk menetapkan tujuan uniknya atau untuk memilih cara khusus demi mencapai tujuan.
            Pada teori akhirnya, Adler memperkenalkan dua cara utama untuk berjuang. Pertama, usaha yang secara social tidak produktif untuk meraih superioritas pribadi. Kedua, mencangkup minat social dan ditunjukan untuk keberhasilan atau kesempurnaan setiap orang.
c.         Berjuang Meraih Superioritas Pribadi
            Tujuan mereka bersifat personal dan usaha mereka dimotivasi sebagaian besar oleh perasaan inferior yang berlebihan atau munculnya inferiority complex. Beberapa orang membuat penyamaran yang pintar dalam usahanya meraih tujuan yang bersifat personal dan mungkin secara sadar atau tidak sadar menyembunyikan kecenderungan mereka memikirkan diri sendiri dibalik tirai keprihatinan social.
            Bagi orang-orang yang melihat, ia tampak termotivasi oleh minat social. Akan tetapi, tindakannya itu sebagian besar ditunjukan untuk dirinya sendiri dan dimotivasi oleh kompensaasi berlebih untuk perasaan inferiornya yang besar.
d.         Berjuang Meraih Keberhasilan
            Sebaliknya, orang-orang yang sehat  secara psikologis adalah mereka yang dimotivasi oleh minat sosial dan keberhasilan untuk semua umat manusia. Individu-individu yang sehat ini peduli dengan tujuan-tujuan yang melebihi diri mereka sendiri, mampu untuk menolong orang lain tanpa menuntut atau mengharap imbalan, dan mampu melihat orang lain tidak sebagai lawan, tetapi sebagai manusia yang diajak bekerja sama untuk kepentingan sosial.
            Manusia yang berjuang untuk meraih keberhasilan daripada superioritas pribadi mampu mempertahankan keadaan dirinya, tentu saja, tetap mereka lebih melihat masalah sehari-hari dari sudut pandang perkembangan masyarakat daripada sudut pandang keuntungan pibadi. Pengertian mereka akan pertumbuhan pribadi sangat terikat dengan kontribusi mereka pada lingkungan masyarakat. Bagi mereka, kemajuan sosial lebih penting daripada kebanggan pribadi.
3.         Persepsi Subjektif
            Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif  seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka.
            Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fksi mereka, atau harapan masa depan.
a.         Fiksionalisme
            Fisksi kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan menyatukan kepribadian kita. Gagasan Adler aan fiksionalisme berasal dari buku Hans Vaihinger yang berjudul The Philosophy of ”As If”. Vaihinger percaya bahwa fiksi adalah gagasan yang tidak mempunyai bentuk nyata, namun mempengaruhi manusia sehingga seakan-akan gagasan tersebut adalah nyata. Salah satu contoh sebuah fiksi adalah “Pria lebih superior dibanding wanita”. Walaupun gagasan ini fiksi, banya orang, baik pria maupun wanita bertindak seolah-olah ini nyata.
            Penekanan Adler pada fiksi dengan konsisten dengan pendekatan teleologis tentang motivasi yang ia pegang erat. Teologi adalah penjelasan tentang perilaku dalam pengertian tujuan atas sasaran akhirnya. Ini berlawanan dengan kualitas, yang melihat perilaku sebagai hal yang tumbuh dari sebab spesifik. Teleologi biasanya memperhatikan tujuan masa depan, sedangkan kasualitas banyak berhubungan dengan pengalaman masa lalu menghasilkan pengaruh di masa sekarang.
            Adler memakai pendekatan teleologis dimana manusia dimotivasi oleh persepsi mereka pada saat ini tentang masa depan. Sebagai fiksi, persepsi-persepsi ini tidak perlu disadari atau dimengerti. Namun demikian, perspsi ini memberikan tujuan pada semua tindakan manusia dan bertanggung jawab untuk pola konsisten yang berjalan disepanjang hidup mereka. Alfred Adler menemukan ide bahwa manusia lebih dimotivasikan oleh harapan-harapannya tentang masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Tujuan-tujuan ini tidak ada di masa depan sebagai bagian dari rancangan teleologis. Pemikiran Adler ini dipengaruhi oleh filsafat Hans Vaihinger yang menyatakan bahwa manusia hidup dengan banyak cita-cita yang semata-mata bersifat fiktif, yang tidak ada padanannya dalam kenyataan. Gambaran-gambaran fiktif ini, misalnya, “semua manusia diciptakan sama”, “kejujuran adalah politik yang paling baik”, memungkinkan manusia menghadapi kenyataan secara lebih efektif.
b.         Kelemahan Fisik
            Adler bersikeras bahwa semua umat manusia ”dikaruniai” kelemahan anggota tubuh. Keterbatasan fisik sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali bagi manusia kecuali keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang inferioritas yang berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan. Beberapa orang mengganti perasaan bermanfaat, sementara yang lain melakukan kompensasi secara berlebihan dan termotivasi untuk menaklukkan orang lain atau menarik diri dari orang lain
            Adler menekankan bahwa kelemahan fisik saja tidak menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup tertentu. Kelemahan fisik hanya memberikan motivasi pada saat ini untuk meraih tujuan masa depan. Motivasi seperti ini, seperti ini semua aspek kepribadian, menyatu dan self-consistent.
4.         Kesatuan dan Self-Consistency dari Kepribadian
            Prinsip ketiga dari teori Alderian adalah: Kepribadian itu menyatu dan self-consistent.
            Ketika memilih istilah psikologi individual, Adler berharap untuk menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan. Jadi, psikologi individual menekankan pada kesatuan fundamental dari kepribadian dan gagasan bahwa perilaku yang tidak konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan, semuanya mengarah pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Ketika seseorang bersikap tidak teratur atau tidak bisa diprediksi, perilaku mereka memaksa orang lain menjadi defensif dan waspada terhadap tindakan yang tak terduga. Meskipun perilaku mereka kelihatan tidak konsisten, ketika dilihat dari perspektif tujuan akhir, perilaku tersebut terlihat baik. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa perilaku yang mereka tunjukkan merupakan usaha-usaha yang tidak disadari untuk mengecoh dan menempatkan orang lain rendah dari dirinya. Perilaku yang membingungkan dan tampak tidak konsisten ini memberikan orang tersebut keuntungan dalam berhubungan interpersonal. Walaupun orang seperti ini sering berhasil dalam usahanya untung mengungguli orang lain, mereka biasanya tetap tidak menyadari motif yang mendasari perilaku mereka dan tetap bersikeras menolak setiap gagasan bahwa mereka berhasrat meraih keunggulan di atas orang lain.
a.         Bahasa Organ
            Gangguan terhadap satu bagian tubuh tidak bisa dilihat secara terpisah atau tersendiri karena hal ini memengaruhi keseluruhan diri seseorang. Faktanya, kelemahan suatu organ tubuh memperlihatkan arah dari tujuan seseorang, suatu komdisi yang dienal sebagai bahasa organ. Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh ‘berbicara sebuah bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan piiran seseorang dengan lebih jelas daripada yang bisa diungkapan oleh kata-kata.
            Salah satu contoh bahasa organ adalah seorang pria yang menderita rheumatoid arthritis di tangannya. Sendinya yang kaku dan cacat menyuarakan seluruh gaya hidup pria tersebut. Seolah-olah organ tubuhnya berseru, “Lihatlah kelainan pada diri saya. Lihat kecacatan pada diri saya. Anda tidak bisa mengharapkan saya untuk menggunakan tangan dalam melakukan perkerjaan”. Tanpa adanya suara, tangannya berbicara tentang keinginannya mendapatkan simpati dari orang lain.
b.         Kesadaran dan Ketidaksadaran
            Adler mendefinisikan sebagai bagian dari tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh seseorang. Berdasarkan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara ketidaksadaran dan kesadaran dimana ia memandangnya sebagai dua bagian yang bekerja sama dalam sistem yang menyatu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dipahami dan diperlakukan seseorang sebagai hal yang membantunya dalam usaha meraih keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah pikiran yang tidak membantu usaha tersebut.
            Apakah perilaku seseorang mengarah ke gaya hidup yang sehat atau tidak sehat tergantung pada tingkat minal sosial yang mereka kembangkan selama masa kanak-kanak.
5.         Minat Sosial
            Prinsip Adler yang keempat adalah Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial.
            Minat sosial (social interest)  adalah terjemahan Adler, yang sedikit menyesatkan, dari istilah Jerman asli, yaitu Gemeinschaftsgefühl yang ertinya “perasaan sosial” atau “perasaan berkomunitas”. Kira-kira maknanya adalah perasaan menjadi satu dengan umat manusia menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial seluruh manusia. Minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap keterkaitan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Minat sosial ini termanifestasi dalam bentuk kerja sama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada keuntungan  pribadi.
            Minat sosial adalah kondisi alamiah dari manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat bersama-sama. Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan mereka mengikatkan diri bersama-sama untuk membentuk masyarakat. Tanpa perlindungan dan pemeliharaan dari seorang ibu atau ayah, seorang bayi akan binasa. Oleh karena itu, minat sosial adalah suatu keharusan untuk melastirakan umat manusia.
            Adler memandang manusia lebih dipengaruhi oleh dorongan sosial daripada dorongan biologis. Ia menganggap bahwa potensi untuk minat sosial telah dibawa sejak lahir. Namun tingkat potensi bawaan lahir bagi perasaan sosial dicapai tergantung pada sifat dasar pengalaman sosial anak sejak dini. Tidak ada manusia yang bisa melepaskan diri sama sekali dari orang lain, menurut Adler atau kewajiban terhadap mereka. Sejak awal hidupnya, manusia telah berhubungan dengan manusia lain dalam keluarga, suku dan bangsa. Sebuah komunitas sangat diperlukan manusia untuk perlindungan dan untuk mencapai tujuan pertahanan. Jadi, hal itu selalu dibutuhkan oleh manusia untuk bekerjasama, dan kerjasama ini adalah apa yang Adler maksud sebagai minat sosial.
a.         Sumber dari Minat Sosial
            Minat sosial bersumber dari hubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertma masa kanak-kanak dipelihara oleh seorang pengasuh yang memiliki sejumlah minat sosial. Jadi, setiap orang memiliki benih minat sosial yang ditabur selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka.
            Adler percaya bahwa pernikahan dan menjadi orang tua adalah tugas untuk dua orang. Akan tetapi, kedua orang tua mungkin memengaruhi minat sosial seorang anak dengan cara yang agak berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak dan membantu berkembangnya minat bekerja sama. Idealnya seorang ibu harus memiliki kasih yang sejati dan mendalam untuk anaknya. Hubungan kasih yang sehat ini berkembang dari perhatian yang tulus untuk anaknya, suaminya, dan orang lain. Jika seorang ibu telah belajar untuk memberi dan menerima cinta dari orang lain, maka ia tidak akan mendapatkan kesulitan berarti untuk memperbesar minat sosial anaknya.
            Ayah adalah orang penting kedua dalam lingkungan sosial seorang anak. Menurut standar Adler, ayah yang berhasil adalah ayah yang bisa menmghindari dua kesalahan, yaitu keterlepasan emosional dan authorotarianisme orang tua. Keslahan-kesalahan ini bisa memperlihatkan dua sikap, tetapi keduanya sering ditemukan di sosok ayah yang sama. Kedua kesalahan ini menghalangi pertumbuhan dan perluasan minat sosial seorang anak. Keterlepasan emosional seorang tentang minat sosial, perasaan diabaikan, dan kemungkinan keterkaitan yang bersifat parasit. Kesalahan yang kedua authoritarianisme orang tua juga bisa menyebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Seorang anak yang melihat ayahnya sebagai seorang tiran akan belajar meraih kekuasaan dan superioritas pribadi.
            Adler percaya bahwa dampak dari lingkungan sosial pada tahun-tahun pertama sangatlah penting. Hubungan yang dimiliki seseorang anak dengan ayah ibunya sangat penting sehingga bisa mengalahkan pengaruh dari keturunan. Adler meyakini bahwa setelah umur lima tahun, efek dari keturunan dikaburkan oleh pengaruh kuat dari lingkungan sosial anak.
b.         Pentingnya Minat Sosial
            Bagi Adler, minat sosial adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang. Sebagai barometer kenormalan, minat sosial adalah standar yang digunakan untuk menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang. Orang yang tidk dewasa kurang memiliki Gemeinschaftsgefühl, mereka berpusat pada diri sendiri (self-centered), dan berjuang untuk meraih kekuasaaan juga seuperioritas pribadi atas orang lain. Individu yang dewasa sungguh-sungguh menaruh perhatian pada manusia dan mempunyai tunjuan keberhasilan yang meliputi kesejahteraan umat manusia.
            Seorang wanita kaya memberikan banyak uang untuk orang miskin dan orang yang membutuhkan. Pemberiannya menyiratkan : “anda inferior, saya superior, dan sumbangan ini mmebuktikan superioritas saya”. Adler percaya bahwa harga dari tindakan semacam itu hanya bisa dinilai berlawanan dengan kriteria minat sosial.
            Singkatnya, manusia memulai hidup dengan daya juang dasar yang digerakan oleh keterbatasan fisik yang dialami. Kelemahan ini tanpa diragukan menyebabkan perasaan inferior. Individu yang secara psikologis tidak sehat, mengembangkan perasaan inferior yang dilebih-lebih dan berusaha mengatasi perasaan ini dengan meletakkan tujuan untuk meraih superioritas pribadi. Sedangkan orang yang sehat secara psikologi dimotivasi dengan perasaan tidak lengkap yang wajar dan tingkat minat sosial yang tinggi. Mereka berjuang untuk meraih tujuan keberhasila, yang didefinisikan dalam pengertian kesempurnaan dan keutuhan untuk setiap orang.
            Perasaan inferior yang berlebih-lebihan menyebabkan neoritis, sedangkan perasaan inferior yang wajar menghasilkan gaya hidup yang sehat. Seseorang membentuk gaya hidup yang tidak berguna atau gaya hidup yang secara sosial bermanfaat tergantung pada bagaimana orang tersebut memandang perasaan inferior yang ada pada dirinya.
6.         Gaya Hidup
            Prinsip Adler yang kelima adalah struktur kepribaadian yang self-consitent berkembang menjadi gaya hidup seseorang.
            Gaya hidup (style of life) adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki seseorang, adler menggunakan analogi musik untuk menjelaskan istilah gaya hidup. Nada-nada yang terpisah adalah komposisi tanpa makna jika tanpa keseluruhan lagu, namun lagu memperoleh makna tambahan ketika kita mengenali gaya seseorang pencipta lagu atau ekspresi sikapnya yang unik.
            Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi  superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam  lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau  interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing untuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut
            Gaya hidup seseorang dengan cukup baik ketika mencapai umur empat atau lima tahun. Setelah masa tersebut, semua tindakan kita berputar disekitar gaya hidup kita yang sudah terbentuk itu. Individu yang tidak sehat secara psikologis sering menjalani hidup yang tidak fleksibel yang ditandai dengan ketidak mampuan untuk memilih cara baru dalam bereaksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang sehat secara psikologis berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam gaya hidup yang kompleks, selau berkembang, dan berubah. Meskipun akhir mereka tetap sama, cara mereka menghayati dan menerima tujuan tersebut yang selalu berubah. Jadi, mereka bisa memilih pilihan baru dalam setiap titik kehidupan mereka.
            Mereka secara aktif berusaha mencari penyelesaian dari apa yang disebut Adler dengan tiga masalah utama dalam kehidupan kasih, cinta secara seksual, dan pekerjaan, dan mereka melakukannya dengan kerja sama, keteguhan hati, dan kerelaan untuk memberikan kontribusi demi kesejahteraan orang lain. Adler percaya bahwa manusia dengan gaya hidup yang bermanfaat secara sosial memperlihatkan bentuk kemanusiaan yang paling tinggi dalam proses evolusi dan bentuk ini sangat mungkin  memenuhi dunia dimasa depan.
7.         Daya Kreatif
            Prinsip terakhir dari teori Adlerian adalah gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif yang ada dalam diri manusia.
            Adler percaya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri pada akhirnya, setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka berperilaku. Daya kreatif (creative power) yang mereka miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
            Daya kreatif adalah konsep dinamis yang menggambarkan pergerakan (movement), dan pergerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Semua hidup psikis mencangkup pergerakan tujuan dan pergerakan dengan arah.
            Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus itu. Pada hakikatnya, doktrin tentang diri kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya sendiri. Manusia membangun kepribadiannya dari bahan mentah hereditas dan pengalaman. Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta-fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik
            Adler menjelaskan pentingnya keturunan dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Kecuali kembar identik, setiap anak terlahir dengan susunan genetik yang unik dan segera sampai pada pengalaman sosial yang berbeda dengan manusia lain. Bagaimanapun, manusia lebih dari sekedar produk keturunan dan lingkungan.
            Setiap orang menggunakan keturunan dan lingkungan sebagai bata dan palu untuk membangun kepribadian, namun rancangan arsitekturalnya menggambarkan gaya hidup seseorang. Hal yang terpenting adalah bukan apa yang ada dalam diri seseorang, tetapi bagaimana seseorang bisa menggunakan semua hal yang ada dalm dirinya. Kita adalah arsitek untuk kehidupan kita sendiri dan kita membangun gaya hidup yang berguna atau tidak berguna. Kita dipaksa untuk menemukan minat sosial karena kita tidak mempunyai sifat bawaan yang mengharuskan kita menjadi orang baik. Sebaliknya, kita tidak mempunyai sifat jahat bawaan yangembuat kita harus melempaskan sifat tersebut.
            Adler menggunakan yang menarik yang ia sebut sebagai “hukum ambang pintu rendah” (the law of the doorway). Ini adalah sikap dimana seseorang yang sehat secara psikologis memecahkan sebagian besar masalah hidupnya.

  • Tokoh Behavioristik : Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan – paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positip. Pertanyaannya yaitu : Apakah teori ini juga akan sama efektifnya jika diaplikasikan pada masyarakat dengan budaya, dan struktur sosial serta sistem kemasyarakatan yang berbeda dengan Amerika



Referensi :




Jumat, 05 April 2013

Tugas 1 Kesehatan Mental



Disusun Oleh      : Ranti Yuliana
Kelas                    : 2PA06
NPM                    : 15511884

Konsep Kesehatan
Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan.
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat berdasarkan :
  1. Dimensi Emosi
Dapat dikatakan bila emosional seseorang dalam keadaan sehat dari bagaimana seseorang tersebut mengekspresikan emosinya, seperti marah, gembira, takut, sedih, dan lainnya. Emosi yang diekspresikan dapat dikontrol dengan baik oleh seseorang tersebut sehingga tidak mengakibatkan hal-hal lain yang dapat mengganggu kesehatannya tidak hanya mental tapi juga fisiknya. Sehingga tidak terjadinya pemberontakan dalam diri seseorang tersebut.
`     2.   Dimensi Inteletual
Dapat dikatakan seseorang sehat dalam intelektual jika seseorang tersebut memiliki kemampuan mengetahui apa yang buruk dan apa yang baik untuk dirinya. Dan seseorang yang mampu melihat realitas yang terjadi di dalam kehidupan sehingga tidak menjadi suatu kesalahan persepsi dalam dirinya. 
3.      Dimensi Sosial
Dapat dikatakan seseorang memiliki kesehatan mental secara sosial jika seseorang tersebut dapat bersosialisasi dengan baik dilingkungannya. Sehingga dalam bersosialisasi tidak adanya membeda-bedakan ras, agama, dan etnis tertentu.serta dapat saling menghargai dan menghormati antar umat manusia.
      4.   Dimensi Fisik
Dapat dikatakan seseorang sehat secara fisik jika seseorang tersebut tidak mengidap suatu penyakit tertentu dan tidak memiliki kecacatan fisik permanen dalam dirinya. Sehingga tidak adanya keluhan sakit pada organ fisik, karena seluruh organ fisik berjalan dengan normal.
      5.   Dimensi Spiritual
Dapat dikatakan seseorang sehat secara spiritual jika seseorang tersebut dapat dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua ibadah yang wajib untuk dikerjakan serta menjauhi semua laranganNya berdasarkan agama yang dianut masing-masing manusia. Dan ia mampu mengekspresikan rasa syukur yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepadanya.
Kesimpulan : Dimensi-dimensi tersebut memiliki ikatan satu sama lain, jika seseorang memiliki emosi yang sehat pasti orang tersebut juga akan memiliki fisik yang sehat, spiritual yang sehat, sehingga jika salah satu dimensi mengalami gangguan pasti akan berakibat juga pada dimensi-dimensi yang lain, walaupun tidak secara bersamaan tetapi dengan cara perlahan dan dengan tahap-tahap tertentu.

Teori Perkembangan Kepribadian Berdasarkan Beberapa Tokoh berikut :
1.      Freud
      Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual.
Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
      Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
      Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
      Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan

2.   Erikson
       Erikson menerima dan mengikuti teori Freud tentang struktur psikologis, kesadaran dan ketidaksadaran, dorongan ( drive ), tahap-tahap perkembangan psikoseksual, dan metodologi psikoanalisis. Namun, erikson menambahkan ke teori-teori Freud tersebut 8 tahap perkembangan psiko-sosial . 
Tahap 1 : Trust Vs. Mistrust ( kepercayaan vs. ketidakpercayaan )
 Secara kronologis tahap ini adalah periode dari bayi lahir sampai usia 1 atau 2 tahun. Bayi yang mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarnya akan mengembangkan rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehiupannya. Sementara itu, bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang terpenuhi kebutuhannya, dan kurang dicintai akan mengembangkan perasaan tidak aman dan kurang dapat mempercayai lingkungannya .
 Tahap 2 : Autonomy vs. Shame , Doubt ( otonomi vs. Rasa malu dan keragu-raguan )
 Menurut Erikson, tahap kedua ini terjadi selama masa kanak-kanak awal, sekitar usia 2 sampai 4 tahun. Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang “baik” akan mangembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya. Otonomi bagi usia ini bukan berarti bahwa mereka dapat mengambil inisiatif sendiri dan mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih kepada kemampuan menunjukkan keinginannya sendiri, menolak sesuatu yang tidak dikehendaki, dan mencoba sesuatu yang diinginkan .
 Tahap 3 : Initiative vs. Guilt ( prakarsa vs. Rasa bersalah )
 Erikson meyakini bahwa tahap ini dilalui selama “usia bermain” atau tahun-tahun terakhir masa pra sekolah ( sekitar usia 3 sampai 5 tahun ) .
 Selama tahap ini anak-anak yang berkembang secara sehat akan belajar :
  1. Berimajinasi : untuk memperluas keterampilannya termasuk dalam bermain
  2. Bekerja sama dengan orang lain
  3. Memimpin dan dipimpin .
 Anak-anak yang kurang dapat berkembang secara sehat akan mengalami :
  1. Ketakutan
  2. Kurang dapat bergabung dalam kelompok
  3. Lebih tergantung pada orang dewasa
  4. Terhambat perkembangan imajinasi dan perilaku bermainnya
 Tahap 4 : Industry vs. inferiority ( tekun vs. rasa rendah diri )
Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak-anak melalui usia sekolah atau sekitar usia 5 atau 6 sampai usia 12 tahun . Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti :
  1. Berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan terterntu
  2. Berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerja sama kelompok dan
  3. Menguasai materi pelajaran sosial, membaca dan matematika .
 Tahap 5 : Identity and repudiation vs. identity diffusion ( identitas vs. kekaburan identitas )
Selama krisis psikososial tahap kelima, remaja ( sekitar usia 13 atau 14 sampai usia 20 tahun ), berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tentang “siapakah AKU ?” dengan jawaban yang memuaskan dan membahagiakan. Namun, ada sebagian remaja yang mengalami kebingungan dalam mencari identitas dalam dirinya. Misalnya mereka yang di tolak oleh keluarga .
Erikson percaya bahwa ketika individu berhasil melalui masa remaja awal, kematangan diri tercapai . Pada kondisi ini, individu mencapai keyakinandirinya. Remaja mencoba mencari model ( seseorang yang dapat dijadikan contoh ) dan secara bertahap mengembangkan nilai-nilai ideal bagi kehidupannya .
 Tahap 6 : Intimacy and Solidarity vs. isolation  ( keintiman dan solidaritas vs. isolasi )
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mengembangkan hubungan sosial  yang mengarah kepada ikatan perkawinan atau hubungan persahabatan yang erat dan bertahan dalam waktu yang panjang.
 Tahap 7 : Generativity vs. Self-absorption ( kebangkitan vs. kemandegan )
Pada tahap dewasa, individu di tuntut mampu menempatkan peran dirinya secara tepat, baik dalam kerangka perkawinan dan pengasuhan anak, maupun dalam dunia kerja agar lebih kreatif dan produktif, dan juga dalam peran di lingkungan sosial sebagai bagian dari lingkungan kemasyarakatan.
 Tahap 8 : Integrity vs. Despair ( integritas vs. kekecewaaan )
Apabila tujuh tahap sebelumnya dapat dilalui dengan berhasil oleh individu maka individu akan mencapai penilaian tertinggi : integritas. Individu akan memiliki rasa percaya-pada dirinya dan orang lain- tidak tergantung pada orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif, dapat menjalin hubungan yang kuat dan realistis tanpa rasa bersalah dan penyesalan, dan dia bangga atas apa yang dia kerjakan dan dia capai: keluarganya, pekerjaannya dan kegemarannya. Jika ada krisis pada tahap-tahap sebelumnya yang individu belum dapat menyelesaikan maka akan memunculkan rasa bersalah, penyesalan, dan rasa putus asa.

3.   Allport
      Allport pada dasarnya mempunyai pandangan yang optimistik dan penuh harapan mengenai kemanusiaan. Ia menolak pandangan psikoanalisis dan behaviorisme mengenai kemanusiaan karena di anggap terlalu dereministik dan mekanistik. Ia yakin bahwa takdir dan karakter kita tidak di tentukan oleh motif tidak sadar yang berasal dari awal masa kanak-kanak, namun oleh pilihan yang disadari, yang kita buat di masa sekarang. Kita bukanlah sesuatu yang bersifat otomatis, yang bereaksi secara sembarangan terhadap dorongan-dorongan dari sistem penghargaan dan hukuman.malah kita mampu berinteraksi dengan lingkungan kita dan membuatnya menjadi reaktif terhadap kita. Kita tidak hanaya mencari cara untuk menurunkan tekanan, tetapi juga untuk mempertahakan tekanan-tekanan baru, kita menginginkan perubahan dan tantangan serta bersifat aktif, bertujuan dan fleksibel
      Walaupun begitu,manusia tidak sepenuhnya bebas.allport(1961) mengadopsi pendekatan kebebasan-terbatas. Ia sering mengkritik pandangan-pandangan adanya kebebasan absolute,namun ia juga menentang pandangan psikoanalisis dan behaviorisme yang di anggapnya menyangkal kebebasan memilih. Posisi allport kira-kira di pertengahan kedua pandangan tersebut.walupun kebebasan memilih ada, beberapa orang lebih mampu membuat keputusan dari orang lain. Orang yang sehat mempunyai lebih banyak kebebasan daripada anak kecil maupun orang dewasa yang sangat terganggu mentalnya. Seseorang yang berintelegensi tinggi dan reflektif mempunyai kapasitas untuk bebas memilih daripada yang beritelegensi rendah dan tidak reflektif.
      Walapun kebebasan di batasi, Allport menyatakan bahwa hal tersebut masih dapat di perluas. Semakin banyak wawasan mengenai diri-sendiri berkembang dalam diri seseorang,kebebasan untuk memilih dari orang tersebut akan lebih besar. Semakin objektif seseorang, yaitu semakin banyak penutup mata (blindfolds) yang berasal dari perhatian diri dan egoisme yang di hilangkan derajat kebebasannya juga akan semakin besar.
      Terakhir,menurut allport kebebasan kita dapat di perluas oleh cara kita memilih. Apabila kita dengan keras kepala mengikuti suatu rangkaian tindakan yang tidak asing hanya karena terasa lebih nyaman,maka kebebasan kita tetap terbatas. Sebaliknya, apabila kita mengadaptasi cara kita menyelesaikan masalah dengan pikiran terbuka,maka kita memperluas perspektif kita dan meningkatkan jumlah pilihan alternatif kita, yaitu kita memperluas pilihan kita untuk memilih.
      Pandangan allport mengenai kemanusiaan cenderung lebih teologi daripada masa kausalitas.kepribadian,sampai pada taraf tertentu, di pengaruhi oleh pengalaman masa lalu, tetapi perilaku yang membuat kita “manusia” adalah yang di motivasi oleh ekspetasi kita mengenai masa depan.dengan perkataan lain, kita adalah pribadi yang sehat sampai pada taraf ketika kita membuat dan mencari tujuan serta aspirasi untuk masa depan. Setiap orang berbeda dari yang lain bukan karena mempunyai dorongan dasar yang berbeda, tetapi karena mempunyai tujuan dan intensi yang di bangun sendiri.
      Pertumbuhan kepribadian selalu terjadi di dalam suatu lingkungan sosial, tetapi allport hanya menempatkan penempatan yang tidak terlalu besar pada faktor sosial. Ia menyadari pentingnya pengaruh lingkungan dalam membantu pembentukan kepribadian, tetapi ia menekankan bahwa kepribadian mempunyai kehidupan sendiri. Budaya atau kultur dapat mempengaruhi bahasa, moral, nilai, gaya kita, dan lain-lain. Tetapi cara kita bereaksi terhadap dorongan-dorongan kultural bergantung kepada kepribadian kita yang unik dan motivasi dasar kita.
      Jadi kesimpulannya, Allport memiliki pandangan yang optimistik mengenai kemanusiaan,dengan mempertahankan pendapat bahwa manusia mempunyai setidaknya kebebasan yang terbatas. Manusia berorientasi terhadap tujuannya, proaktif, dan termotivasi oleh beragam pendorong, yang kebanyakan berada di dalam ranah kesadaran. Pengalaman awal masa kanak-kanak mempunyai kepentingan yang relatif minor dan hanya signifikan sampai pada taraf ketika mereka ada dalam masa sekarang. Perbedaan maupun persamaan manusia sangat penting,tetapi perbedaan individu dan keunikan mendapatkan penekanan yang lebih besar dalam psikologi Allport.
Sumber :