Jumat, 05 April 2013

Tugas 1 Kesehatan Mental



Disusun Oleh      : Ranti Yuliana
Kelas                    : 2PA06
NPM                    : 15511884

Konsep Kesehatan
Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan.
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat berdasarkan :
  1. Dimensi Emosi
Dapat dikatakan bila emosional seseorang dalam keadaan sehat dari bagaimana seseorang tersebut mengekspresikan emosinya, seperti marah, gembira, takut, sedih, dan lainnya. Emosi yang diekspresikan dapat dikontrol dengan baik oleh seseorang tersebut sehingga tidak mengakibatkan hal-hal lain yang dapat mengganggu kesehatannya tidak hanya mental tapi juga fisiknya. Sehingga tidak terjadinya pemberontakan dalam diri seseorang tersebut.
`     2.   Dimensi Inteletual
Dapat dikatakan seseorang sehat dalam intelektual jika seseorang tersebut memiliki kemampuan mengetahui apa yang buruk dan apa yang baik untuk dirinya. Dan seseorang yang mampu melihat realitas yang terjadi di dalam kehidupan sehingga tidak menjadi suatu kesalahan persepsi dalam dirinya. 
3.      Dimensi Sosial
Dapat dikatakan seseorang memiliki kesehatan mental secara sosial jika seseorang tersebut dapat bersosialisasi dengan baik dilingkungannya. Sehingga dalam bersosialisasi tidak adanya membeda-bedakan ras, agama, dan etnis tertentu.serta dapat saling menghargai dan menghormati antar umat manusia.
      4.   Dimensi Fisik
Dapat dikatakan seseorang sehat secara fisik jika seseorang tersebut tidak mengidap suatu penyakit tertentu dan tidak memiliki kecacatan fisik permanen dalam dirinya. Sehingga tidak adanya keluhan sakit pada organ fisik, karena seluruh organ fisik berjalan dengan normal.
      5.   Dimensi Spiritual
Dapat dikatakan seseorang sehat secara spiritual jika seseorang tersebut dapat dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua ibadah yang wajib untuk dikerjakan serta menjauhi semua laranganNya berdasarkan agama yang dianut masing-masing manusia. Dan ia mampu mengekspresikan rasa syukur yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepadanya.
Kesimpulan : Dimensi-dimensi tersebut memiliki ikatan satu sama lain, jika seseorang memiliki emosi yang sehat pasti orang tersebut juga akan memiliki fisik yang sehat, spiritual yang sehat, sehingga jika salah satu dimensi mengalami gangguan pasti akan berakibat juga pada dimensi-dimensi yang lain, walaupun tidak secara bersamaan tetapi dengan cara perlahan dan dengan tahap-tahap tertentu.

Teori Perkembangan Kepribadian Berdasarkan Beberapa Tokoh berikut :
1.      Freud
      Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual.
Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
      Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
      Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
      Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan

2.   Erikson
       Erikson menerima dan mengikuti teori Freud tentang struktur psikologis, kesadaran dan ketidaksadaran, dorongan ( drive ), tahap-tahap perkembangan psikoseksual, dan metodologi psikoanalisis. Namun, erikson menambahkan ke teori-teori Freud tersebut 8 tahap perkembangan psiko-sosial . 
Tahap 1 : Trust Vs. Mistrust ( kepercayaan vs. ketidakpercayaan )
 Secara kronologis tahap ini adalah periode dari bayi lahir sampai usia 1 atau 2 tahun. Bayi yang mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarnya akan mengembangkan rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehiupannya. Sementara itu, bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang terpenuhi kebutuhannya, dan kurang dicintai akan mengembangkan perasaan tidak aman dan kurang dapat mempercayai lingkungannya .
 Tahap 2 : Autonomy vs. Shame , Doubt ( otonomi vs. Rasa malu dan keragu-raguan )
 Menurut Erikson, tahap kedua ini terjadi selama masa kanak-kanak awal, sekitar usia 2 sampai 4 tahun. Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang “baik” akan mangembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya. Otonomi bagi usia ini bukan berarti bahwa mereka dapat mengambil inisiatif sendiri dan mampu melakukan semuanya sendiri, namun lebih kepada kemampuan menunjukkan keinginannya sendiri, menolak sesuatu yang tidak dikehendaki, dan mencoba sesuatu yang diinginkan .
 Tahap 3 : Initiative vs. Guilt ( prakarsa vs. Rasa bersalah )
 Erikson meyakini bahwa tahap ini dilalui selama “usia bermain” atau tahun-tahun terakhir masa pra sekolah ( sekitar usia 3 sampai 5 tahun ) .
 Selama tahap ini anak-anak yang berkembang secara sehat akan belajar :
  1. Berimajinasi : untuk memperluas keterampilannya termasuk dalam bermain
  2. Bekerja sama dengan orang lain
  3. Memimpin dan dipimpin .
 Anak-anak yang kurang dapat berkembang secara sehat akan mengalami :
  1. Ketakutan
  2. Kurang dapat bergabung dalam kelompok
  3. Lebih tergantung pada orang dewasa
  4. Terhambat perkembangan imajinasi dan perilaku bermainnya
 Tahap 4 : Industry vs. inferiority ( tekun vs. rasa rendah diri )
Tahap ini kira-kira dilalui ketika anak-anak melalui usia sekolah atau sekitar usia 5 atau 6 sampai usia 12 tahun . Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan yang lebih formal, seperti :
  1. Berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan terterntu
  2. Berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerja sama kelompok dan
  3. Menguasai materi pelajaran sosial, membaca dan matematika .
 Tahap 5 : Identity and repudiation vs. identity diffusion ( identitas vs. kekaburan identitas )
Selama krisis psikososial tahap kelima, remaja ( sekitar usia 13 atau 14 sampai usia 20 tahun ), berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tentang “siapakah AKU ?” dengan jawaban yang memuaskan dan membahagiakan. Namun, ada sebagian remaja yang mengalami kebingungan dalam mencari identitas dalam dirinya. Misalnya mereka yang di tolak oleh keluarga .
Erikson percaya bahwa ketika individu berhasil melalui masa remaja awal, kematangan diri tercapai . Pada kondisi ini, individu mencapai keyakinandirinya. Remaja mencoba mencari model ( seseorang yang dapat dijadikan contoh ) dan secara bertahap mengembangkan nilai-nilai ideal bagi kehidupannya .
 Tahap 6 : Intimacy and Solidarity vs. isolation  ( keintiman dan solidaritas vs. isolasi )
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mengembangkan hubungan sosial  yang mengarah kepada ikatan perkawinan atau hubungan persahabatan yang erat dan bertahan dalam waktu yang panjang.
 Tahap 7 : Generativity vs. Self-absorption ( kebangkitan vs. kemandegan )
Pada tahap dewasa, individu di tuntut mampu menempatkan peran dirinya secara tepat, baik dalam kerangka perkawinan dan pengasuhan anak, maupun dalam dunia kerja agar lebih kreatif dan produktif, dan juga dalam peran di lingkungan sosial sebagai bagian dari lingkungan kemasyarakatan.
 Tahap 8 : Integrity vs. Despair ( integritas vs. kekecewaaan )
Apabila tujuh tahap sebelumnya dapat dilalui dengan berhasil oleh individu maka individu akan mencapai penilaian tertinggi : integritas. Individu akan memiliki rasa percaya-pada dirinya dan orang lain- tidak tergantung pada orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif, dapat menjalin hubungan yang kuat dan realistis tanpa rasa bersalah dan penyesalan, dan dia bangga atas apa yang dia kerjakan dan dia capai: keluarganya, pekerjaannya dan kegemarannya. Jika ada krisis pada tahap-tahap sebelumnya yang individu belum dapat menyelesaikan maka akan memunculkan rasa bersalah, penyesalan, dan rasa putus asa.

3.   Allport
      Allport pada dasarnya mempunyai pandangan yang optimistik dan penuh harapan mengenai kemanusiaan. Ia menolak pandangan psikoanalisis dan behaviorisme mengenai kemanusiaan karena di anggap terlalu dereministik dan mekanistik. Ia yakin bahwa takdir dan karakter kita tidak di tentukan oleh motif tidak sadar yang berasal dari awal masa kanak-kanak, namun oleh pilihan yang disadari, yang kita buat di masa sekarang. Kita bukanlah sesuatu yang bersifat otomatis, yang bereaksi secara sembarangan terhadap dorongan-dorongan dari sistem penghargaan dan hukuman.malah kita mampu berinteraksi dengan lingkungan kita dan membuatnya menjadi reaktif terhadap kita. Kita tidak hanaya mencari cara untuk menurunkan tekanan, tetapi juga untuk mempertahakan tekanan-tekanan baru, kita menginginkan perubahan dan tantangan serta bersifat aktif, bertujuan dan fleksibel
      Walaupun begitu,manusia tidak sepenuhnya bebas.allport(1961) mengadopsi pendekatan kebebasan-terbatas. Ia sering mengkritik pandangan-pandangan adanya kebebasan absolute,namun ia juga menentang pandangan psikoanalisis dan behaviorisme yang di anggapnya menyangkal kebebasan memilih. Posisi allport kira-kira di pertengahan kedua pandangan tersebut.walupun kebebasan memilih ada, beberapa orang lebih mampu membuat keputusan dari orang lain. Orang yang sehat mempunyai lebih banyak kebebasan daripada anak kecil maupun orang dewasa yang sangat terganggu mentalnya. Seseorang yang berintelegensi tinggi dan reflektif mempunyai kapasitas untuk bebas memilih daripada yang beritelegensi rendah dan tidak reflektif.
      Walapun kebebasan di batasi, Allport menyatakan bahwa hal tersebut masih dapat di perluas. Semakin banyak wawasan mengenai diri-sendiri berkembang dalam diri seseorang,kebebasan untuk memilih dari orang tersebut akan lebih besar. Semakin objektif seseorang, yaitu semakin banyak penutup mata (blindfolds) yang berasal dari perhatian diri dan egoisme yang di hilangkan derajat kebebasannya juga akan semakin besar.
      Terakhir,menurut allport kebebasan kita dapat di perluas oleh cara kita memilih. Apabila kita dengan keras kepala mengikuti suatu rangkaian tindakan yang tidak asing hanya karena terasa lebih nyaman,maka kebebasan kita tetap terbatas. Sebaliknya, apabila kita mengadaptasi cara kita menyelesaikan masalah dengan pikiran terbuka,maka kita memperluas perspektif kita dan meningkatkan jumlah pilihan alternatif kita, yaitu kita memperluas pilihan kita untuk memilih.
      Pandangan allport mengenai kemanusiaan cenderung lebih teologi daripada masa kausalitas.kepribadian,sampai pada taraf tertentu, di pengaruhi oleh pengalaman masa lalu, tetapi perilaku yang membuat kita “manusia” adalah yang di motivasi oleh ekspetasi kita mengenai masa depan.dengan perkataan lain, kita adalah pribadi yang sehat sampai pada taraf ketika kita membuat dan mencari tujuan serta aspirasi untuk masa depan. Setiap orang berbeda dari yang lain bukan karena mempunyai dorongan dasar yang berbeda, tetapi karena mempunyai tujuan dan intensi yang di bangun sendiri.
      Pertumbuhan kepribadian selalu terjadi di dalam suatu lingkungan sosial, tetapi allport hanya menempatkan penempatan yang tidak terlalu besar pada faktor sosial. Ia menyadari pentingnya pengaruh lingkungan dalam membantu pembentukan kepribadian, tetapi ia menekankan bahwa kepribadian mempunyai kehidupan sendiri. Budaya atau kultur dapat mempengaruhi bahasa, moral, nilai, gaya kita, dan lain-lain. Tetapi cara kita bereaksi terhadap dorongan-dorongan kultural bergantung kepada kepribadian kita yang unik dan motivasi dasar kita.
      Jadi kesimpulannya, Allport memiliki pandangan yang optimistik mengenai kemanusiaan,dengan mempertahankan pendapat bahwa manusia mempunyai setidaknya kebebasan yang terbatas. Manusia berorientasi terhadap tujuannya, proaktif, dan termotivasi oleh beragam pendorong, yang kebanyakan berada di dalam ranah kesadaran. Pengalaman awal masa kanak-kanak mempunyai kepentingan yang relatif minor dan hanya signifikan sampai pada taraf ketika mereka ada dalam masa sekarang. Perbedaan maupun persamaan manusia sangat penting,tetapi perbedaan individu dan keunikan mendapatkan penekanan yang lebih besar dalam psikologi Allport.
Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar