Disusun Oleh :
Ranti Yuliana
Kelas :
2PA06
NPM :
15511884
Konsep Kesehatan
Kesehatan mental menurut UU
No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat sebagai suatu spectrum,
Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari
badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap
kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara
aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu
harus dipertahankan.
Konsep sehat menurut Parkins
(1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi
tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White
(1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
Konsep sehat berdasarkan :
- Dimensi Emosi
Dapat dikatakan bila emosional
seseorang dalam keadaan sehat dari bagaimana seseorang tersebut mengekspresikan
emosinya, seperti marah, gembira, takut, sedih, dan lainnya. Emosi yang
diekspresikan dapat dikontrol dengan baik oleh seseorang tersebut sehingga
tidak mengakibatkan hal-hal lain yang dapat mengganggu kesehatannya tidak hanya
mental tapi juga fisiknya. Sehingga tidak terjadinya pemberontakan dalam diri
seseorang tersebut.
` 2. Dimensi Inteletual
Dapat dikatakan
seseorang sehat dalam intelektual jika seseorang tersebut memiliki kemampuan
mengetahui apa yang buruk dan apa yang baik untuk dirinya. Dan seseorang yang
mampu melihat realitas yang terjadi di dalam kehidupan sehingga tidak menjadi
suatu kesalahan persepsi dalam dirinya.
3. Dimensi Sosial
Dapat dikatakan
seseorang memiliki kesehatan mental secara sosial jika seseorang tersebut dapat
bersosialisasi dengan baik dilingkungannya. Sehingga dalam bersosialisasi tidak
adanya membeda-bedakan ras, agama, dan etnis tertentu.serta dapat saling
menghargai dan menghormati antar umat manusia.
4. Dimensi Fisik
Dapat dikatakan seseorang
sehat secara fisik jika seseorang tersebut tidak mengidap suatu penyakit
tertentu dan tidak memiliki kecacatan fisik permanen dalam dirinya. Sehingga tidak adanya
keluhan sakit pada organ fisik, karena seluruh organ fisik berjalan dengan
normal.
5. Dimensi Spiritual
Dapat dikatakan
seseorang sehat secara spiritual jika seseorang tersebut dapat dekat dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua ibadah yang wajib untuk
dikerjakan serta menjauhi semua laranganNya berdasarkan agama yang dianut
masing-masing manusia. Dan ia mampu mengekspresikan rasa syukur yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepadanya.
Kesimpulan : Dimensi-dimensi tersebut memiliki ikatan satu
sama lain, jika seseorang memiliki emosi yang sehat pasti orang tersebut juga
akan memiliki fisik yang sehat, spiritual yang sehat, sehingga jika salah satu
dimensi mengalami gangguan pasti akan berakibat juga pada dimensi-dimensi yang
lain, walaupun tidak secara bersamaan tetapi dengan cara perlahan dan dengan
tahap-tahap tertentu.
Teori Perkembangan Kepribadian Berdasarkan Beberapa Tokoh
berikut :
1. Freud
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori
ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud
pada awalnya memang mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan
sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran
dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil
dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan
pikiran. menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah
bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual.
Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
Dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi
dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah
“motivasi yang tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci
dari psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan –
gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode
analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri
manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah
yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi
psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super
Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian
“eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip
kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego
berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id
berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran
internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan
seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana
berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super
Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es.
Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar,
bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan
ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi
pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
2. Erikson
Erikson menerima dan mengikuti teori Freud
tentang struktur psikologis, kesadaran dan ketidaksadaran, dorongan ( drive ),
tahap-tahap perkembangan psikoseksual, dan metodologi psikoanalisis. Namun,
erikson menambahkan ke teori-teori Freud tersebut 8 tahap perkembangan
psiko-sosial .
Tahap 1 : Trust Vs. Mistrust ( kepercayaan vs.
ketidakpercayaan )
Secara kronologis tahap ini adalah periode dari
bayi lahir sampai usia 1 atau 2 tahun. Bayi yang mendapatkan perawatan dengan
penuh kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarnya akan mengembangkan
rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehiupannya.
Sementara itu, bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang terpenuhi
kebutuhannya, dan kurang dicintai akan mengembangkan perasaan tidak aman dan
kurang dapat mempercayai lingkungannya .
Tahap 2 : Autonomy vs. Shame , Doubt ( otonomi vs.
Rasa malu dan keragu-raguan )
Menurut Erikson, tahap kedua ini terjadi selama masa
kanak-kanak awal, sekitar usia 2 sampai 4 tahun. Anak-anak yang mendapatkan
pengasuhan yang “baik” akan mangembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu
mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya. Otonomi bagi usia ini bukan
berarti bahwa mereka dapat mengambil inisiatif sendiri dan mampu melakukan
semuanya sendiri, namun lebih kepada kemampuan menunjukkan keinginannya
sendiri, menolak sesuatu yang tidak dikehendaki, dan mencoba sesuatu yang diinginkan
.
Tahap 3 : Initiative vs. Guilt ( prakarsa vs. Rasa
bersalah )
Erikson meyakini bahwa tahap ini dilalui selama
“usia bermain” atau tahun-tahun terakhir masa pra sekolah ( sekitar usia 3
sampai 5 tahun ) .
Selama tahap ini anak-anak yang berkembang secara
sehat akan belajar :
- Berimajinasi : untuk memperluas keterampilannya termasuk dalam bermain
- Bekerja sama dengan orang lain
- Memimpin dan dipimpin .
Anak-anak yang kurang dapat berkembang secara sehat
akan mengalami :
- Ketakutan
- Kurang dapat bergabung dalam kelompok
- Lebih tergantung pada orang dewasa
- Terhambat perkembangan imajinasi dan perilaku bermainnya
Tahap 4 :
Industry vs. inferiority ( tekun vs. rasa rendah diri )
Tahap ini
kira-kira dilalui ketika anak-anak melalui usia sekolah atau sekitar usia 5
atau 6 sampai usia 12 tahun . Pada tahap ini anak-anak mempelajari keterampilan
yang lebih formal, seperti :
- Berhubungan dengan teman sebaya berdasar pada aturan-aturan terterntu
- Berkembang dari pola bermain yang bebas menuju permainan yang menggunakan aturan dan memerlukan kerja sama kelompok dan
- Menguasai materi pelajaran sosial, membaca dan matematika .
Tahap 5 : Identity and repudiation vs. identity
diffusion ( identitas vs. kekaburan identitas )
Selama krisis psikososial tahap kelima, remaja ( sekitar
usia 13 atau 14 sampai usia 20 tahun ), berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan tentang “siapakah AKU ?” dengan jawaban yang memuaskan dan
membahagiakan. Namun, ada sebagian remaja yang mengalami kebingungan dalam
mencari identitas dalam dirinya. Misalnya mereka yang di tolak oleh keluarga .
Erikson percaya bahwa ketika individu berhasil melalui
masa remaja awal, kematangan diri tercapai . Pada kondisi ini, individu
mencapai keyakinandirinya. Remaja mencoba mencari model ( seseorang yang dapat
dijadikan contoh ) dan secara bertahap mengembangkan nilai-nilai ideal bagi
kehidupannya .
Tahap 6 : Intimacy and Solidarity vs.
isolation ( keintiman dan solidaritas vs. isolasi )
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mengembangkan
hubungan sosial yang mengarah kepada ikatan perkawinan atau hubungan
persahabatan yang erat dan bertahan dalam waktu yang panjang.
Tahap 7 : Generativity vs. Self-absorption (
kebangkitan vs. kemandegan )
Pada tahap dewasa, individu di tuntut mampu menempatkan
peran dirinya secara tepat, baik dalam kerangka perkawinan dan pengasuhan anak,
maupun dalam dunia kerja agar lebih kreatif dan produktif, dan juga dalam peran
di lingkungan sosial sebagai bagian dari lingkungan kemasyarakatan.
Tahap 8 : Integrity vs. Despair ( integritas vs.
kekecewaaan )
Apabila tujuh tahap sebelumnya dapat dilalui dengan
berhasil oleh individu maka individu akan mencapai penilaian tertinggi :
integritas. Individu akan memiliki rasa percaya-pada dirinya dan orang lain-
tidak tergantung pada orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif, dapat
menjalin hubungan yang kuat dan realistis tanpa rasa bersalah dan penyesalan,
dan dia bangga atas apa yang dia kerjakan dan dia capai: keluarganya,
pekerjaannya dan kegemarannya. Jika ada krisis pada tahap-tahap sebelumnya yang
individu belum dapat menyelesaikan maka akan memunculkan rasa bersalah,
penyesalan, dan rasa putus asa.
3. Allport
Allport
pada dasarnya mempunyai pandangan yang optimistik dan penuh harapan mengenai
kemanusiaan. Ia menolak pandangan psikoanalisis dan behaviorisme mengenai
kemanusiaan karena di anggap terlalu dereministik dan mekanistik. Ia yakin
bahwa takdir dan karakter kita tidak di tentukan oleh motif tidak sadar yang
berasal dari awal masa kanak-kanak, namun oleh pilihan yang disadari, yang kita
buat di masa sekarang. Kita bukanlah sesuatu yang bersifat otomatis, yang
bereaksi secara sembarangan terhadap dorongan-dorongan dari sistem penghargaan
dan hukuman.malah kita mampu berinteraksi dengan lingkungan kita dan membuatnya
menjadi reaktif terhadap kita. Kita tidak hanaya mencari cara untuk menurunkan
tekanan, tetapi juga untuk mempertahakan tekanan-tekanan baru, kita
menginginkan perubahan dan tantangan serta bersifat aktif, bertujuan dan
fleksibel
Walaupun
begitu,manusia tidak sepenuhnya bebas.allport(1961) mengadopsi pendekatan
kebebasan-terbatas. Ia sering mengkritik pandangan-pandangan adanya kebebasan
absolute,namun ia juga menentang pandangan psikoanalisis dan behaviorisme yang
di anggapnya menyangkal kebebasan memilih. Posisi allport kira-kira di
pertengahan kedua pandangan tersebut.walupun kebebasan memilih ada, beberapa
orang lebih mampu membuat keputusan dari orang lain. Orang yang sehat mempunyai
lebih banyak kebebasan daripada anak kecil maupun orang dewasa yang sangat
terganggu mentalnya. Seseorang yang berintelegensi tinggi dan reflektif
mempunyai kapasitas untuk bebas memilih daripada yang beritelegensi rendah dan
tidak reflektif.
Walapun
kebebasan di batasi, Allport menyatakan bahwa hal tersebut masih dapat di
perluas. Semakin banyak wawasan mengenai diri-sendiri berkembang dalam diri
seseorang,kebebasan untuk memilih dari orang tersebut akan lebih besar. Semakin
objektif seseorang, yaitu semakin banyak penutup mata (blindfolds) yang berasal
dari perhatian diri dan egoisme yang di hilangkan derajat kebebasannya juga
akan semakin besar.
Terakhir,menurut
allport kebebasan kita dapat di perluas oleh cara kita memilih. Apabila kita
dengan keras kepala mengikuti suatu rangkaian tindakan yang tidak asing hanya
karena terasa lebih nyaman,maka kebebasan kita tetap terbatas. Sebaliknya, apabila
kita mengadaptasi cara kita menyelesaikan masalah dengan pikiran terbuka,maka
kita memperluas perspektif kita dan meningkatkan jumlah pilihan alternatif
kita, yaitu kita memperluas pilihan kita untuk memilih.
Pandangan
allport mengenai kemanusiaan cenderung lebih teologi daripada masa
kausalitas.kepribadian,sampai pada taraf tertentu, di pengaruhi oleh pengalaman
masa lalu, tetapi perilaku yang membuat kita “manusia” adalah yang di motivasi oleh
ekspetasi kita mengenai masa depan.dengan perkataan lain, kita adalah pribadi
yang sehat sampai pada taraf ketika kita membuat dan mencari tujuan serta
aspirasi untuk masa depan. Setiap orang berbeda dari yang lain bukan karena
mempunyai dorongan dasar yang berbeda, tetapi karena mempunyai tujuan dan
intensi yang di bangun sendiri.
Pertumbuhan
kepribadian selalu terjadi di dalam suatu lingkungan sosial, tetapi allport
hanya menempatkan penempatan yang tidak terlalu besar pada faktor sosial. Ia
menyadari pentingnya pengaruh lingkungan dalam membantu pembentukan
kepribadian, tetapi ia menekankan bahwa kepribadian mempunyai kehidupan
sendiri. Budaya atau kultur dapat mempengaruhi bahasa, moral, nilai, gaya kita,
dan lain-lain. Tetapi cara kita bereaksi terhadap dorongan-dorongan kultural
bergantung kepada kepribadian kita yang unik dan motivasi dasar kita.
Jadi
kesimpulannya, Allport memiliki pandangan yang optimistik mengenai
kemanusiaan,dengan mempertahankan pendapat bahwa manusia mempunyai setidaknya kebebasan
yang terbatas. Manusia berorientasi terhadap tujuannya, proaktif, dan termotivasi oleh
beragam pendorong, yang kebanyakan berada di dalam ranah kesadaran. Pengalaman
awal masa kanak-kanak mempunyai kepentingan yang relatif minor dan hanya
signifikan sampai pada taraf ketika mereka ada dalam masa sekarang. Perbedaan
maupun persamaan manusia sangat penting,tetapi perbedaan individu dan keunikan
mendapatkan penekanan yang lebih besar dalam psikologi Allport.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar