Nama : Ranti Yuliana
Kelas : 2PA06
NPM : 15511884
Universitas Gunadarma
Fakultas Psikologi
Tokoh Psikologi Psikoanalisis, Behavioristik, Humanistik
- Tokoh Psikoanalisis : Carl Gustav Jung
Dalam bersosialisasi dan
berinteraksi dengan berbagai macam orang di kehidupan sehari-hari sering sekali
kita menilai sifat dan sikap orang-orang tersebut dan kita melakukan pengamatan
terhadap kepribadian orang tersebut. Dimana biasanya penilaian dan pengamatan
tersebut hanyalah berdasarkan pada sebagian dari tingkah laku dan hasil analisa
yang sangat dangkal. Namun, apakah kepribadian itu sendiri?
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin (2000) :
“Personality represent those characteristic of the person that account for consistent pattern of feeling, thinking and behaving.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa berfikir dan bertingkah laku. Sedangkan Menurut Allport (dalam Chaplin, 2001), kepribadian adalah organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari system-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, membahas kepribadian manusia melalui berbagai macam pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan Psikodinamik. Dalam pendekatan ini, Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh manusia itu, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan kepribadiannya.
Struktur Psyche Menurut Jung
Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
1. Ego
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin (2000) :
“Personality represent those characteristic of the person that account for consistent pattern of feeling, thinking and behaving.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa berfikir dan bertingkah laku. Sedangkan Menurut Allport (dalam Chaplin, 2001), kepribadian adalah organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari system-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, membahas kepribadian manusia melalui berbagai macam pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan Psikodinamik. Dalam pendekatan ini, Carl Gustav Jung menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari Psyche, tipologi kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh manusia itu, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan kepribadiannya.
Struktur Psyche Menurut Jung
Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
1. Ego
Ego merupakan jiwa
sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar.
Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan
kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya
dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat.
Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
2. Personal Unconscious
2. Personal Unconscious
Struktur psyche
ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan
dengan cara repression atau suppression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya
lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit
kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik
namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.
Kompleks adalah kelompok yang terorganisir dari perasaan, pikiran dan
ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki
inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan
tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar pula pengaruhnya terhadap
tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentu akan didominasi oleh
ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.
3. Collective Unconscious
3. Collective Unconscious
Merupakan gudang
bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak
hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi
juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious
terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran
universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini
menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang
dianut oleh generasi terentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan
berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang
dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu
sistem sendiri.
Empat archetype yang penting dalam
membentuk kepribadian seseorang adalah :
a. Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
b. Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
c. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
d. Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a. Introversion-Thinking
a. Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
b. Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
c. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
d. Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
Tipologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a. Introversion-Thinking
Orang dengan sikap
yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi
dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka
memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan
orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan
pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain
atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari
orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.
b. Extraversion-Thinking
b. Extraversion-Thinking
Contoh orang
dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan
peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan
sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling.
Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan
orang lain juga berpikir hal yang sama.
c. Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman
dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap
introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana
mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin
menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan
mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
d. Extraversion-Feeling
d. Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi
feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan
dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi
terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e. Introversion-Sensation
e. Introversion-Sensation
Orang ini
cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak
menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang
yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang
bisa berkomunikasi.
f. Extraversion-Sensation
f. Extraversion-Sensation
Orang dengan tipe
ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan
pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati
cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah
ketagihan pada berbagai hal.
g. Introversion-Intiuting
g. Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal,
dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif
yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya
tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka
memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun
memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
h. Extraversion-Intuiting
h. Extraversion-Intuiting
Penemu dan
pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan,
mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat
baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan
pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan
tujuan hidup mereka.
Tahap Perkembangan Kepribadian Jung
Tahap perkembangan
kepribadian Jung terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young
adulthood, middle age dan old age. Pada
tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan social dan ekonomi.
Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan kepribadian ketiga
yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting dari puncak dari
individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap materi menjadi
kepedulian spiritual.
Jess Feist,
Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.)
yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar
- Teori Behavioristik : Albert Bandura
Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember 1925.
Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi
University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk
University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru
setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori
pembelajaran.
Tahun 1953, dia mulai mengajar di Standford
University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya,
Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent
Aggression terbit tahun 1959. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan
menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific
Contributions tahun 1980.
Teori-teori Albert Bandura banyak di
aplikasikan dalam bidang pendidikan terutama pada pembelajaran sosial (social
learning theory). Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan
sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri (Moore, 2002). Teori
pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan
tingkah laku memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001).
Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan pelajar tentang pemahaman; sementara
faktor sosial, termasuk perhatian pelajar tentang tingkah laku dan imitasi ibu
bapaknya, akan mempengaruhi tingkah laku pelajar tersebut.
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia
sebagai makhluk yang aktif, berupaya membuat pilihan dan menggunakan
proses-proses perkembangan untuk menyimpulkan peristiwa serta berkomunikasi
dengan orang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan
dan sejarah perkembangan seseorang atau bertindak pasif terhadap pengaruh
lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah selektif dan bukan entiti yang
pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka.
Bandura (1977)
menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to
mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own
action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned
observationally through modeling: from observing others one form an idea of her
new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves
as a guide for action".
Teori Bandura menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan
antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar
individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya,
seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia
cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi
itu adalah tidak baik.
Teori belajar ini
juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan
atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah
laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan
kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P
= perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau
berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku
sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah
kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi
konsepsi diri individu.
Teori belajar
sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang
secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh
orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S.,
1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran
sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah
satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan
(observational learning):
1. Pertama, pembelajaran
melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious
conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau
ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious
reinforcement.
2. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan
oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Menurut
Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri
(kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah
mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan
penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk
dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film.
Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan
terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak
tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam film.
Pendekatan teori
belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada
perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Prosedur-prosedur Social
learning:
Conditioning
Prosedur belajar
dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward
(hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang
mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward)
dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment),
sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
Imitation
Imitation (peniruan).
Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai
seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral.
Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil
pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman
persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan
salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas
imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang
menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin
tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral peserta didik tersebut.
Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan
akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.
- Tokoh Humanistik : Alfred Adler
Teori Psikologi Individual
Menurut Adler, manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Mereka menghubug-hubungkan dirinya dengan orang lain, ikut
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan
kesejahteraan sosial di atas kepentingan diri sendiri, dan mengembangkan gaya
hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Adler tidak berkata bahwa manusia
disosialisasikan hanya dengan melibatkan diri pada proses-proses sosial;
dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe
khusus hubungan dengan orang dan pranata-pranata sosial yang berkembang
ditentukan oleh corak masyarakat tempat orang itu dilahirkan. Maka dalam satu
segi, pandangan Adler sama-sama bersifat biologis seperti Freud dan Jung.
Ketiga-tiganya berpendapat bahwa seseorang mempunyai kodrat inheren yang membentuk
kepribadiannya. Freud menekankan seks, Jung menekankan pola-pola pemikiran
primordial, serta Adler menekankan minat sosial. Penekanan pada faktor-faktor
sosial tingkah laku yang telah diabaikan atau diminimasikan oleh Freud maupun Jung mungkin merupakan
sumbangan paling besar Adler bagi teori psikologi. Ia mengalihkan perhatian
para psikolog pada pentingnya variable-variabel sosial dan membantu
mengembangkan bidang psikologi sosial pada saat psikologi sosial membutuhkan
dorongan dan dukungan, terutama dari kalangan psikoanalisis
1. Pengantar Teori Adlerian
Namanya kurang dienal
dibandingkan dengan Freud atau Carl Jung. Paling tidak, ada tiga hal yang
menyebabkan hal ini. Pertama, Adler tidak mendirikan organisasi yang dijalankan
dengan kuat untuk mengabadikan teorinya. Kedua, ia bukan penulis yang berbakat
dan sebagian besar bukunya dikumpulkan oleh beberapa editor menggunakan bahan
pengajaran Adler yang tersebar disana-sini. Ketiga, banyak dari pandangannya
yang tergabung dalam karya teoritikus selanjutnya, seperti Maslow, Rogers<
dan Ellis sehingga pandangan tersebut tidak lagi diasosiakan dengan nama Adler.
Menurut Adler, manusia
lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior suatu kondisi yang mengarah pada
perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan pada orang lain. Oleh
arena itu, perasaan menyatu dengan orang lain (minat sosial) sudah menjadi
sifat manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan psikologis. Lebih
spesifik, prinsip utama dalam teori Adler bisa diuraikan dalam bentu kerangka (outline).
Berikut ini adalah adaptasi dari daftar yang menggambarkan pernyataan ahir
dari psikologi inividual :
- Kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority).
- Persepsi subjetif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya.
- Kepribadian itu menyatu (unified) dan konsistensi diri (self-consistent).
- Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest).
- Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang.
- Gaya hidup dibentu oleh daya kreatuf (creative power) manusia.
2. Berjuang untuk Meraih
Keberhasilan atau Superioritas
Prinsip
pertama dari teori Adlerian adalah kekuatan
dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan
atau superioritas.
Adler
mereduksi semua motivasi menjadi satu tunggal berjuang untuk meraih
keberhasilan atau superioritas. Psikologi individual mengajarkan bahwa setiap
orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior,
perasaan memotivasi seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau
keberhasilan. Individu yang tidak sehat secara psikologis akan berjuang untuk superioritas
pribadi, sedangkan individu yang sehat secara psikologis mencari keberhasilan
untuk semua umat manusia.
Pada
awal kariernya, Adler percaya bahwa agresi adalah kekuatan dinamis dibalik
semua motivasi, tetapi dengan cepat ia merasa tidak puas dengan istilah ini.
Setelah menolak agresi sebagai kekuatan motivasi tunggak, Adler menggunaan
istilah masculine protest, yang
menyatakan keinginan untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Akan tetapi,
ia segera meninggalkan masculine protest
sebagai dorongan universal sambil tetap memberikan porsi terbatas untuk istilah
ini dalam teori perkembangan abnormalnya.
a. Tujuan Akhir
Manusia berjuang
demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi keberhasilan untuk
semua umat manusia. Pada masing-masing kasus, tujuan akhir tersebut sifatnya
khayal atau fiksional dan tidak ada bentu objektifnya. Namun demikian, tujuan
akhir mempunyai makna besar karena mempersatukan kepribadian dan membuat semua
perilaku dapat dipahami.
Setiap
orang mempunyai kekuatan untuk menciptakan sebuah tujuan fiksional sesuai
pribadinya, tujuan yang dibuat dari bahan-bahan mentah yang disediakan oleh
factor keturunan dan lingkungan. Akan tetapi,
lebih sebagai produk dari daya kreatig (creative power), yaitu kemampuan manusia untuk secara bebas
membentuk perilakunya dan menciptakan kepribadian mereka sendiri.
Jika
anak-anak merasa terabaikan atau dimanjakan, maa tujuan mereka sebagian besar
berada di ketidaksadaran. Adler membuat hipotesis bahwa anak-anak akan
mengimbangi perasaan inferior mereka dengan cara yang berliku-liku yang tidak
mempunyai hubungan jelas dengan tujuan fiksional mereka.
b. Daya Juang sebagai Kompensasi
Daya juang itu sendiri itu
merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang ini ditentukan ini ditentukan
oleh perasaan inferior dan tujuan untuk meraih keunggulan. Tanpa daya bawaan
untuk menuju kesempurnaan, anak-anak tidak akan pernah merasa inferior. Akan
tetapi, tanpa perasaan, mereka tidak akan pernah menetapkan tujuan untuk meraih
superioritas atau keberhasilan. Kemudian, tujuan ditetapkan sebagai kompensasi
perasaan inferior, namun perasaan itu tidak akan muncul kecuali seorang anak
memiliki kecenderungan dasar untuk menjadi utuh.
Walaupun berjuang untuk
meraih keberhasilan adalah bawaan, hal ini tetap harus dikembangkan. Ketika
lahir, setiap orang berpotensi memiliki daya juang tetapi belum benar-benar
memilikinya. Setiap orang harus mengembangkan potensi ini dengan caranya
sendiri. Tujuan tersebut memberikan panduan untuk memotivasi, membentuk perkembangan
psikologis, dan memberikannya sasaran.
Keberhasilan adalah konsep
yang dibuat secara individu dan setiap orang memiliki definisinya masing-masing
mengenai keberhasilan. Walaupun daya kreatif dipengaruhi oleh faktor keturunan
dan lingkungan, pada akhirnya kedua hal ini dianggap bertanggung jawab dalam
pembentukan kepribadian seseorang untuk menetapkan tujuan uniknya atau untuk
memilih cara khusus demi mencapai tujuan.
Pada teori akhirnya, Adler
memperkenalkan dua cara utama untuk berjuang. Pertama, usaha yang secara social
tidak produktif untuk meraih superioritas pribadi. Kedua, mencangkup minat
social dan ditunjukan untuk keberhasilan atau kesempurnaan setiap orang.
c. Berjuang Meraih Superioritas Pribadi
Tujuan mereka bersifat
personal dan usaha mereka dimotivasi sebagaian besar oleh perasaan inferior
yang berlebihan atau munculnya inferiority
complex. Beberapa orang membuat penyamaran yang pintar dalam usahanya
meraih tujuan yang bersifat personal dan mungkin secara sadar atau tidak sadar
menyembunyikan kecenderungan mereka memikirkan diri sendiri dibalik tirai
keprihatinan social.
Bagi orang-orang yang
melihat, ia tampak termotivasi oleh minat social. Akan tetapi, tindakannya itu
sebagian besar ditunjukan untuk dirinya sendiri dan dimotivasi oleh kompensaasi
berlebih untuk perasaan inferiornya yang besar.
d. Berjuang Meraih Keberhasilan
Sebaliknya, orang-orang
yang sehat secara psikologis adalah
mereka yang dimotivasi oleh minat sosial dan keberhasilan untuk semua umat
manusia. Individu-individu yang sehat ini peduli dengan tujuan-tujuan yang
melebihi diri mereka sendiri, mampu untuk menolong orang lain tanpa menuntut
atau mengharap imbalan, dan mampu melihat orang lain tidak sebagai lawan,
tetapi sebagai manusia yang diajak bekerja sama untuk kepentingan sosial.
Manusia yang berjuang
untuk meraih keberhasilan daripada superioritas pribadi mampu mempertahankan
keadaan dirinya, tentu saja, tetap mereka lebih melihat masalah sehari-hari
dari sudut pandang perkembangan masyarakat daripada sudut pandang keuntungan
pibadi. Pengertian mereka
akan pertumbuhan pribadi sangat terikat dengan kontribusi mereka pada
lingkungan masyarakat. Bagi mereka, kemajuan sosial lebih penting daripada
kebanggan pribadi.
3. Persepsi Subjektif
Prinsip Adler yang kedua
adalah persepsi subjektif seseorang
membentuk perilaku dan kepribadian mereka.
Manusia berjuang meraih keunggulan atau
keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka
tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan
kenyataan, yaitu oleh fksi mereka,
atau harapan masa depan.
a. Fiksionalisme
Fisksi
kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan,
tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan
jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita
dan menyatukan kepribadian kita. Gagasan Adler aan fiksionalisme berasal
dari buku Hans Vaihinger yang berjudul The
Philosophy of ”As If”. Vaihinger percaya bahwa fiksi adalah gagasan yang
tidak mempunyai bentuk nyata, namun mempengaruhi manusia sehingga seakan-akan
gagasan tersebut adalah nyata. Salah satu contoh sebuah fiksi adalah “Pria
lebih superior dibanding wanita”. Walaupun gagasan ini fiksi, banya orang, baik
pria maupun wanita bertindak seolah-olah ini nyata.
Penekanan Adler pada fiksi dengan
konsisten dengan pendekatan teleologis tentang motivasi yang ia pegang erat. Teologi adalah penjelasan tentang
perilaku dalam pengertian tujuan atas sasaran akhirnya. Ini berlawanan dengan
kualitas, yang melihat perilaku sebagai hal yang tumbuh dari sebab spesifik.
Teleologi biasanya memperhatikan tujuan masa depan, sedangkan kasualitas banyak
berhubungan dengan pengalaman masa lalu menghasilkan pengaruh di masa sekarang.
Adler memakai pendekatan
teleologis dimana manusia dimotivasi oleh persepsi mereka pada saat ini tentang
masa depan. Sebagai fiksi, persepsi-persepsi ini tidak perlu disadari atau
dimengerti. Namun demikian, perspsi ini memberikan tujuan pada semua tindakan manusia
dan bertanggung jawab untuk pola konsisten yang berjalan disepanjang hidup
mereka. Alfred Adler menemukan ide bahwa manusia lebih dimotivasikan oleh
harapan-harapannya tentang masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya. Tujuan-tujuan ini tidak ada di masa depan sebagai bagian dari
rancangan teleologis. Pemikiran Adler ini dipengaruhi oleh filsafat Hans
Vaihinger yang menyatakan bahwa manusia hidup dengan banyak cita-cita yang
semata-mata bersifat fiktif, yang tidak ada padanannya dalam kenyataan.
Gambaran-gambaran fiktif ini, misalnya, “semua manusia diciptakan sama”,
“kejujuran adalah politik yang paling baik”, memungkinkan manusia menghadapi
kenyataan secara lebih efektif.
b. Kelemahan Fisik
Adler
bersikeras bahwa semua umat manusia ”dikaruniai” kelemahan anggota tubuh.
Keterbatasan fisik sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali bagi manusia
kecuali keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang inferioritas
yang berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan. Beberapa
orang mengganti perasaan bermanfaat, sementara yang lain melakukan kompensasi
secara berlebihan dan termotivasi untuk menaklukkan orang lain atau menarik
diri dari orang lain
Adler menekankan bahwa
kelemahan fisik saja tidak menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup tertentu.
Kelemahan fisik hanya
memberikan motivasi pada saat ini untuk meraih tujuan masa depan. Motivasi seperti ini, seperti ini
semua aspek kepribadian, menyatu dan self-consistent.
4. Kesatuan dan Self-Consistency dari
Kepribadian
Prinsip ketiga dari
teori Alderian adalah: Kepribadian itu
menyatu dan self-consistent.
Ketika memilih istilah
psikologi individual, Adler berharap untuk menekankan keyakinannya bahwa setiap
orang itu unik dan tak terpisahkan. Jadi, psikologi individual menekankan pada
kesatuan fundamental dari kepribadian dan gagasan bahwa perilaku yang tidak
konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan, semuanya mengarah
pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Ketika seseorang bersikap
tidak teratur atau tidak bisa diprediksi, perilaku mereka memaksa orang lain
menjadi defensif dan waspada terhadap tindakan yang tak terduga. Meskipun
perilaku mereka kelihatan tidak konsisten, ketika dilihat dari perspektif
tujuan akhir, perilaku tersebut terlihat baik. Akan tetapi, ada kemungkinan
bahwa perilaku yang mereka tunjukkan merupakan usaha-usaha yang tidak disadari
untuk mengecoh dan menempatkan orang lain rendah dari dirinya. Perilaku yang
membingungkan dan tampak tidak konsisten ini memberikan orang tersebut
keuntungan dalam berhubungan interpersonal. Walaupun orang seperti ini sering
berhasil dalam usahanya untung mengungguli orang lain, mereka biasanya tetap
tidak menyadari motif yang mendasari perilaku mereka dan tetap bersikeras menolak
setiap gagasan bahwa mereka berhasrat meraih keunggulan di atas orang lain.
a. Bahasa Organ
Gangguan terhadap satu bagian tubuh tidak bisa
dilihat secara terpisah atau tersendiri karena hal ini memengaruhi keseluruhan
diri seseorang. Faktanya, kelemahan suatu organ tubuh memperlihatkan arah dari
tujuan seseorang, suatu komdisi yang dienal sebagai bahasa organ. Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh ‘berbicara
sebuah bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan piiran seseorang
dengan lebih jelas daripada yang bisa diungkapan oleh kata-kata.
Salah satu contoh
bahasa organ adalah seorang pria yang menderita rheumatoid arthritis di
tangannya. Sendinya yang kaku dan cacat menyuarakan seluruh gaya hidup pria
tersebut. Seolah-olah organ tubuhnya berseru, “Lihatlah kelainan pada diri
saya. Lihat kecacatan pada diri saya. Anda tidak bisa mengharapkan saya untuk
menggunakan tangan dalam melakukan perkerjaan”. Tanpa adanya suara, tangannya
berbicara tentang keinginannya mendapatkan simpati dari orang lain.
b. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Adler mendefinisikan sebagai bagian dari tujuan
yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh
seseorang. Berdasarkan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara
ketidaksadaran dan kesadaran dimana ia memandangnya sebagai dua bagian yang
bekerja sama dalam sistem yang menyatu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran
yang dipahami dan diperlakukan seseorang sebagai hal yang membantunya dalam
usaha meraih keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah pikiran
yang tidak membantu usaha tersebut.
Apakah perilaku
seseorang mengarah ke gaya hidup yang sehat atau tidak sehat tergantung pada
tingkat minal sosial yang mereka kembangkan selama masa kanak-kanak.
5. Minat Sosial
Prinsip Adler yang
keempat adalah Nilai dari semua aktivitas
manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial.
Minat sosial (social interest) adalah terjemahan Adler, yang sedikit
menyesatkan, dari istilah Jerman asli, yaitu Gemeinschaftsgefühl yang ertinya “perasaan sosial” atau “perasaan
berkomunitas”. Kira-kira maknanya adalah perasaan menjadi satu dengan umat
manusia menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial
seluruh manusia. Minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap keterkaitan dengan
umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat.
Minat sosial ini termanifestasi dalam bentuk kerja sama dengan orang lain untuk
kemajuan sosial daripada keuntungan
pribadi.
Minat sosial adalah
kondisi alamiah dari manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat
bersama-sama. Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan mereka mengikatkan
diri bersama-sama untuk membentuk masyarakat. Tanpa perlindungan dan
pemeliharaan dari seorang ibu atau ayah, seorang bayi akan binasa. Oleh karena itu, minat sosial adalah suatu
keharusan untuk melastirakan umat manusia.
Adler memandang manusia
lebih dipengaruhi oleh dorongan sosial daripada dorongan biologis. Ia
menganggap bahwa potensi untuk minat sosial telah dibawa sejak lahir. Namun
tingkat potensi bawaan lahir bagi perasaan sosial dicapai tergantung pada sifat
dasar pengalaman sosial anak sejak dini. Tidak ada manusia yang bisa melepaskan
diri sama sekali dari orang lain, menurut Adler atau kewajiban terhadap mereka.
Sejak awal hidupnya, manusia telah berhubungan dengan manusia lain dalam
keluarga, suku dan bangsa. Sebuah komunitas sangat diperlukan manusia untuk
perlindungan dan untuk mencapai tujuan pertahanan. Jadi, hal itu selalu
dibutuhkan oleh manusia untuk bekerjasama, dan kerjasama ini adalah apa yang
Adler maksud sebagai minat sosial.
a. Sumber dari Minat Sosial
Minat
sosial bersumber dari hubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertma masa
kanak-kanak dipelihara oleh seorang pengasuh yang memiliki sejumlah minat sosial.
Jadi, setiap orang memiliki benih minat sosial yang ditabur selama tahun-tahun
pertama kehidupan mereka.
Adler percaya bahwa
pernikahan dan menjadi orang tua adalah tugas untuk dua orang. Akan tetapi,
kedua orang tua mungkin memengaruhi minat sosial seorang anak dengan cara yang
agak berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan yang
mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak dan membantu berkembangnya minat
bekerja sama. Idealnya seorang ibu harus memiliki kasih yang sejati dan mendalam
untuk anaknya. Hubungan kasih yang sehat ini berkembang dari perhatian yang
tulus untuk anaknya, suaminya, dan orang lain. Jika seorang ibu telah belajar
untuk memberi dan menerima cinta dari orang lain, maka ia tidak akan
mendapatkan kesulitan berarti untuk memperbesar minat sosial anaknya.
Ayah adalah orang penting
kedua dalam lingkungan sosial seorang anak. Menurut standar Adler, ayah yang
berhasil adalah ayah yang bisa menmghindari dua kesalahan, yaitu keterlepasan
emosional dan authorotarianisme orang tua. Keslahan-kesalahan ini bisa
memperlihatkan dua sikap, tetapi keduanya sering ditemukan di sosok ayah yang
sama. Kedua kesalahan ini menghalangi pertumbuhan dan perluasan minat sosial
seorang anak. Keterlepasan emosional seorang tentang minat sosial, perasaan
diabaikan, dan kemungkinan keterkaitan yang bersifat parasit. Kesalahan yang
kedua authoritarianisme orang tua juga bisa menyebabkan gaya hidup yang tidak
sehat. Seorang anak yang melihat ayahnya sebagai seorang tiran akan belajar
meraih kekuasaan dan superioritas pribadi.
Adler percaya bahwa dampak dari lingkungan
sosial pada tahun-tahun pertama sangatlah penting. Hubungan yang dimiliki
seseorang anak dengan ayah ibunya sangat penting sehingga bisa mengalahkan
pengaruh dari keturunan. Adler meyakini bahwa setelah umur lima tahun, efek
dari keturunan dikaburkan oleh pengaruh kuat dari lingkungan sosial anak.
b. Pentingnya Minat Sosial
Bagi Adler, minat sosial
adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang.
Sebagai barometer kenormalan, minat sosial adalah standar yang digunakan untuk
menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang. Orang yang tidk dewasa
kurang memiliki Gemeinschaftsgefühl, mereka
berpusat pada diri sendiri (self-centered), dan berjuang untuk meraih
kekuasaaan juga seuperioritas pribadi atas orang lain. Individu yang dewasa
sungguh-sungguh menaruh perhatian pada manusia dan mempunyai tunjuan
keberhasilan yang meliputi kesejahteraan umat manusia.
Seorang wanita kaya
memberikan banyak uang untuk orang miskin dan orang yang membutuhkan.
Pemberiannya menyiratkan : “anda inferior, saya superior, dan sumbangan ini
mmebuktikan superioritas saya”. Adler percaya bahwa harga dari tindakan semacam
itu hanya bisa dinilai berlawanan dengan kriteria minat sosial.
Singkatnya, manusia
memulai hidup dengan daya juang dasar yang digerakan oleh keterbatasan fisik
yang dialami. Kelemahan ini tanpa diragukan menyebabkan perasaan inferior.
Individu yang secara psikologis tidak sehat, mengembangkan perasaan inferior
yang dilebih-lebih dan berusaha mengatasi perasaan ini dengan meletakkan tujuan
untuk meraih superioritas pribadi. Sedangkan orang yang sehat secara psikologi
dimotivasi dengan perasaan tidak lengkap yang wajar dan tingkat minat sosial
yang tinggi. Mereka berjuang untuk meraih tujuan keberhasila, yang
didefinisikan dalam pengertian kesempurnaan dan keutuhan untuk setiap orang.
Perasaan inferior yang
berlebih-lebihan menyebabkan neoritis, sedangkan perasaan inferior yang wajar
menghasilkan gaya hidup yang sehat. Seseorang membentuk gaya hidup yang tidak
berguna atau gaya hidup yang secara sosial bermanfaat tergantung pada bagaimana
orang tersebut memandang perasaan inferior yang ada pada dirinya.
6. Gaya Hidup
Prinsip
Adler yang kelima adalah struktur
kepribaadian yang self-consitent berkembang menjadi gaya hidup seseorang.
Gaya hidup (style of life) adalah istilah yang
digunakan Adler untuk menunjukan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup
tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap
dunia. Gaya hidup adalah interaksi antara keturunan atau bawaan lahir,
lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki seseorang, adler menggunakan analogi
musik untuk menjelaskan istilah gaya hidup. Nada-nada yang terpisah adalah
komposisi tanpa makna jika tanpa keseluruhan lagu, namun lagu memperoleh makna
tambahan ketika kita mengenali gaya seseorang pencipta lagu atau ekspresi
sikapnya yang unik.
Melalui konsep gaya hidup,
Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan
inferior, berjuang menjadi superior dan
dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan
minat sosial. Akan tetapi setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda.
Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus
yang telah ditentukan dalam lingkungan
hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas
makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai
inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing untuk
mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut
Gaya hidup seseorang
dengan cukup baik ketika mencapai umur empat atau lima tahun. Setelah masa
tersebut, semua tindakan kita berputar disekitar gaya hidup kita yang sudah
terbentuk itu. Individu yang tidak sehat secara psikologis sering menjalani
hidup yang tidak fleksibel yang ditandai dengan ketidak mampuan untuk memilih
cara baru dalam bereaksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang sehat
secara psikologis berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam gaya
hidup yang kompleks, selau berkembang, dan berubah. Meskipun akhir mereka tetap
sama, cara mereka menghayati dan menerima tujuan tersebut yang selalu berubah.
Jadi, mereka bisa memilih pilihan baru dalam setiap titik kehidupan mereka.
Mereka secara aktif
berusaha mencari penyelesaian dari apa yang disebut Adler dengan tiga masalah
utama dalam kehidupan kasih, cinta secara seksual, dan pekerjaan, dan mereka
melakukannya dengan kerja sama, keteguhan hati, dan kerelaan untuk memberikan
kontribusi demi kesejahteraan orang lain. Adler percaya bahwa manusia dengan
gaya hidup yang bermanfaat secara sosial memperlihatkan bentuk kemanusiaan yang
paling tinggi dalam proses evolusi dan bentuk ini sangat mungkin memenuhi dunia dimasa depan.
7. Daya Kreatif
Prinsip terakhir dari
teori Adlerian adalah gaya hidup dibentuk
oleh daya kreatif yang ada dalam diri manusia.
Adler percaya bahwa setiap
orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri pada akhirnya,
setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka
berperilaku. Daya kreatif (creative power)
yang mereka miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri,
bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai
untuk meraih tujuan tersebut, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
Daya kreatif adalah konsep
dinamis yang menggambarkan pergerakan (movement),
dan pergerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Semua hidup
psikis mencangkup pergerakan tujuan dan pergerakan dengan arah.
Diri kreatif merupakan
jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang
diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus itu. Pada
hakikatnya, doktrin tentang diri kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk
kepribadiannya sendiri. Manusia membangun kepribadiannya dari bahan mentah
hereditas dan pengalaman. Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta
dunia dan mentransformasikan fakta-fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik
Adler menjelaskan
pentingnya keturunan dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Kecuali kembar
identik, setiap anak terlahir dengan susunan genetik yang unik dan segera
sampai pada pengalaman sosial yang berbeda dengan manusia lain. Bagaimanapun,
manusia lebih dari sekedar produk keturunan dan lingkungan.
Setiap orang menggunakan
keturunan dan lingkungan sebagai bata dan palu untuk membangun kepribadian,
namun rancangan arsitekturalnya menggambarkan gaya hidup seseorang. Hal yang
terpenting adalah bukan apa yang ada dalam diri seseorang, tetapi bagaimana
seseorang bisa menggunakan semua hal yang ada dalm dirinya. Kita adalah arsitek
untuk kehidupan kita sendiri dan kita membangun gaya hidup yang berguna atau
tidak berguna. Kita dipaksa untuk menemukan minat sosial karena kita tidak
mempunyai sifat bawaan yang mengharuskan kita menjadi orang baik. Sebaliknya,
kita tidak mempunyai sifat jahat bawaan yangembuat kita harus melempaskan sifat
tersebut.
Adler menggunakan yang
menarik yang ia sebut sebagai “hukum ambang pintu rendah” (the law of the doorway). Ini adalah sikap dimana seseorang yang
sehat secara psikologis memecahkan sebagian besar masalah hidupnya.
- Tokoh Behavioristik : Carl Rogers
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Latar
belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan
dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis
yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal
sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial,
psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan
dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam
diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah –
masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak
seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning,
penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers
dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada
realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda
tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini
disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self
sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Konsep
diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence
adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi
di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri
yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need
for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif
namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima
sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1.
Keterbukaan pada pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2.
Kehidupan Eksistensial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4.
Perasaan Bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan –
paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5.
Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons
atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada
perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada
bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang
berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang
partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus
dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih
sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitas dalam
memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers
juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang
mengalami suatu penyakit psikologis.
Teori Rogers ini memang sangat populer
dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan independen
karena Rogers
memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu
memiliki orientasi ke depan yang positip. Pertanyaannya yaitu : Apakah teori
ini juga akan sama efektifnya jika diaplikasikan pada masyarakat dengan budaya,
dan struktur sosial serta sistem kemasyarakatan yang berbeda dengan Amerika
Referensi :
- Feist. Jess,. And Feist, J., Georgory. (2010). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.
- http://www.psychologymania.com/2011/11/albert-bandura-tokoh-pembelajaran.html
- http://www.psychologymania.com/2010/03/carl-rogers-tokoh-psikolog-humanisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar